Senin, 28 Oktober 2013

Ekspresi Suporter : Joking or Insulting?

Akhirnya bisa nulis lagi, terima kasih buat Rifki yang karena kritiknya gue jadi tergerak buat nulis lagi. Hehe. Walaupun ada beberapa tulisan tentang Roma yang belom ke post, dan beberapa dengan topik lain yang selesai aja belom, tapi dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda seraya menikmati hawa dingin malam yang hujan ini (tsaah) mati kita sedikit berbicara tentang sepak bola.

Siapa yang punya twitter (dan aktif nge-tweet), mendukung sebuah tim sepak bola, dan membuka lini masa twitter pada waktu waktu primetime pertandingan bola saat weekend? Banyak. Dari kesekian banyak orang tersebut siapa yang ga kenal @my_supersoccer atau @bolatotal ? akun @my_supersoccer yang dulu (yang sekarang adminnya agak ga jelas dan beda tipe omongan) bisa dibilang luar biasa, hanya dengan bermodal sindiran dan cibiran doi bisa di follow oleh 400ribu orang pengguna twitter. Sementara @bolatotal , walaupun fokus pada podcast dan jurnal jurnal sepakbola-nya, pasti pada sering lihat juga bagaimana tweet tweet yang dilakukan seringkali bernada sindiran yang sangat soft bagi tim atau pemain yang lagi flop. Kalau saja ada anak marketing coba bikin kajian tentang gaya marketing kedua akun ini, gue yakin mereka akan ngasih standing applause. Belom lagi fenomena meme meme di @footy_jokes dan sebagainya 634.000 followers-nya, coba klik followers-nya dan liat berapa followers dari Indonesia? Banyak banget. Lalu apa masalahnya?

Jangan tutup mata bagaimana akun @my_supersoccer me-retweet banyak pengguna twitter yang emosi akan tweet yang dibuat. Anehnya semakin banyak yang terlalu responsif, semakin banyak followers-nya. Semakin banyak ketidak sukaan, semakin banyak rasa suka kita akan akun tersebut. Aneh. Maka ketika berbicara tentang atmosfer, berbicara tentang keseluruhan iklim, maka kita ga bisa melihat hanya dari perspektif orang orang yang emosional dalam melihat sepak bola, namun juga dari orang orang yang tidak emosional dalam melihat sepak bola. Tidak hanya di sepakbola, di bola basket, baseball, american football, bahkan formula one rivalitas pasti muncul. Kenapa rivalitas bisa muncul? Karena pada dasarnya olah raga itu mengadu 2 insan atau lebih. Ketika 2 insan diadu, dan ada penontonnya, even itu berupa pertandingan karate antar anak SD, yang orang tua dari seorang anak tersebut akan menjagokan anaknya yang akan melawan anak orang lain, maka, probabilitas untuk muncul sebuah gesekan juga semakin nyata. Itulah olahraga. Itulah kenapa suporter Barcelona melempar kepala babi ke arah Luis Figo di el classico, itulah kenapa setiap pertandingan derby selalu panas, itulah kenapa wasit yang juga manusia, ketika salah membuat keputusan hampir selalu dihujat. Karena seringkali yang melatar belakangi rivalitas bukan hanya ikatan darah antara anak dan orang tua sebagaimana analogi diatas, tapi seringkali masalah ideologi, politik, budaya dan berjuta masalah lainnya.


Rivalitas seringkali muncul atas gesekan personal yang merambat menjadi gesekan antar golongan sampai terus merambat pada entitas yang lebih besar. Wajar seringkali kita merasakan rivalitas tim eropa hingga kesini. Karena rambatannya mulai dari cerita teman, berita, hingga sejarah klub sepakbola yang kita cari tau di internet, masuk ke otak kita mendoktrin setiap pemikiran kita secara tidak disadari. Yap bener banget, secara tidak disadari,bahkan oleh elo yang baca tulisan ini.
Apa hubungannya jokes twitter sama rivalitas? Jokes jokes di twitter antar suporter muncul dari rivalitas, meskipun rivalitasnya kecil seperti Roma terhadap Chievo atau Chelsea terhadap Ipswich Town. Fenomena jokes jokes di twitter antar suporter adalah bentuk modern dari jokes jokes yang orang lain telah lakukan antar suporter berpuluh puluh tahun yang lalu. Sesuatu yang kekal bahkan gue rasa sampai industri sepakbola mati.

Lalu seberapa wajar? Adanya gesekan bukan berarti legalisasi atas penimpukan mobil plat B oleh pendukung persib, bukan berarti juga melegalkan penembakan suporter Lazio oleh suporter Roma. Gue setuju untuk menjaga sportivitas dalam rivalitas. Benci boleh, membunuh yang ga boleh.
Maka dalam tulisan ini gue menyetujui apa yang temen gue sarankan untuk menjaga setiap lisan dalam melakukan jokes. Namun yang juga harus jadi di bold dan digarisbawahi adalah, kita ga boleh gelap mata dan melihat setiap jokes sebagai sebuah bentuk insult atas sebuah objek (tim maupun pemain). Usaha mencegah seseorang untuk mengeluarkan jokes yang berlebihan juga harus setara dengan usaha untuk memberikan sebuah pemahaman bagi orang orang yang gelap mata atau menutup telinga atas realita rivalitas antar objek (tim maupun pemain). Gue tidak jarang meminta maaf atas jokes berlebihan (bahkan baru kemarin pasca Udinese –Roma) , tapi tidak jarang pula melihat bagaimana teman teman gue di kampus mengeluarkan jokes jokes tentang sepakbola yang justru mempererat hubungan pertemanan dan jadi sarana meningkatkan kedekatan antar personal.

Bagaimana batasan jokes yang tepat? Menilai hal tersebut bukan seperti menghitung batasan lebar jalan yang ideal bagi sebuah jalan protokol ibukota yang dapat dihitung dengan pendekatan matematis, namun hal tersebut didapat melalui dinamika sosial. Trial and error dalam melakukan jokes. Ada kalanya lo harus berhenti bercanda, ada kalanya kita harus menambah porsi bercanda. Sebuah dinamika sosial yang wajar dan gesekan dalam dinamika tersebut adalah hal yang wajar sebagaimana teguran yang disampaikan seorang teman untuk temannya yang lain.

Sepakbola tanpa rivalitas itu ga seru. Sebagaimana suporter melakukan dukungan tanpa nge-chants. Apakah chants sepakbola isinya cuma pujian terhadap tim favorit? Nope. Chants juga ditujukan bagi rival bertanding. Tinggal bagaimana kita melihat jokes/chants dari sisi yang lebih luas dan lebih positif tanpa gelap mata melihatnya hanya sebagai sarana insulting your opponent.


Dari hujan hingga berhenti.
Andhika Putra Pratama
Senin, 28 Oktober 2013

Selasa, 17 September 2013

Review Giornata 3 : Strootman’s Effect

Line Up (4-3-3) : De Sanctis ; Maicon, Benatia, Castan, Balzaretti ; De Rossi, Strootman, Pjanic ; Florenzi (Marquinho) , Ljajic (Gervinho), Totti (Borriello).

Review
Bermain di Ennio Tardini, kandang Parma, Roma menurunkan line-up terbaiknya. Benatia – Castan dimainkan kendati hanya one yellow card away dari suspensi melawan Lazio, trio terbaik lini tengah DDR, Strootman, Pjanic diturunkan, hingga sang il capitano yang kembali jadi false 9 di lini depan. Hasilnya tidak terlalu baik di babak pertama. Ljajic bermain flop, kesulitan menyesuaikan diri dengan tempo permainan. Di sisi lain, Balzaretti di sisi kiri Roma terus di eksploitasi oleh pergerakan Jonathan Biabany. Parma unggul terlebih dahulu ketika pergerakan Biabany sempat menarik masuk balzaretti dan meninggalkan Mattia Cassani leluasa melakukan umpan ke tiang dekat. Castan sempet berusaha untuk menghentikan pergerakan Biabany yang kemudian menyundul bola masuk ke gawang Morgan De Sanctis.1-0 Parma unggul hingga turun minum. I guess, every single romanista watching this match would be very worried with Roma player’s mentality. Those LE and Zeman’s memories menghantui tiap romanisti.

Di babak kedua, Roma tampil lebih percaya diri. Baru 2 menit babak kedua dimulai, dari sebuah throw-in, untuk kesekian kalinya Adem Ljajic kehilangan bola, Miralem Pjanic mengkonversi bola liar tersebut menjadi sebuah chipped pass kepada Florenzi. Dengan sebuah tendangan keras kaki kanan, Florenzi mencetak gol penyeimbang. Pressure Parma di babak kedua mulai menurun dibanding babak kedua. Menit 70, Kevin Strootman melakukan sebuah chipped pass kepada Francesco Totti yang lepas dari jebakan offside. Sebuah tendangan ke kanan gawang Mirante, membuat Roma unggul 1-3. Terakhir, sebuah akselerasi Gervinho di sisi kiri pertahanan Parma, membuat Mattia Cassani harus melakukan dorongan dan membuahkan pinalti. Strootman melengkapi penampilan baiknya malam itu dengan sebuah tendangan keras dan sempurna ke gawang Parma. 1-3 untuk Roma. Game Over.

Strootman and Derby
Parma adalah tantangan lebih besar dibanding Livorno atau Verona, melewati Parma lewat sebuah comeback memberikan harapan setiap romanisti bahwa inkonsistensi Roma telah usai. Tidak ada lagi flop pasca international break yang menyebabkan Zeman dipecat, tidak ada lagi keragu-raguan untuk mencetak winning streak dan yang paling penting tidak ada lagi kehilangan poin dari tim kecil.


Strootman menjadi sosok baru di lini tengah Roma. Tidak ada lagi kerinduan akan Bradley pasca kabar cedera ketika berlatih bersama timnas AS. Strootman menjanjikan sebuah kegigihan dalam mengejar bola tanpa menurunkan akurasi terobosan ke lini depan. Hadirnya Strootman tidak hanya membawa keseimbangan namun juga membiarkan De Rossi dan Pjanic fokus mengerjakan tugasnya masing masing dalam menjaga kedalaman serta menciptakan peluang.


3 giornata usai. Kini Roma akan menghadapi tantangan terbesarnya, Derby Della Capitale melawan Lazio. Lebih dari 2 tahun Roma gagal menang melawan Lazio, yang paling keras adalah kenangan May 26, Coppa Italia. Kini Roma datang dengan mental yang lebih baik, dengan skuad yang lebih baik. Lazio butuh kemenangan untuk menyamakan poin dengan Roma, sementara Roma jelas punya 1 ambisi. Revenge. 

Rabu, 04 September 2013

Mercato Roma : Money problem? (Part I)

Tepat beberapa jam lalu transfer window untuk liga liga di eropa ditutup. Roma tidak mendapatkan tambahan pemain sebagaimana Milan menggaet kembali Kaka. Borriello-Gilardino-Quagliarella swap gagal terwujud sampai detik akhir penutupan bursa transfer Serie A. Team remains the same as they play against Verona. Here are the resumes.


Players Transferred Out
Stekelenburg (Fulham/ 5.6m euro)
Kiper bertitel World Cup Finalist gagal membuktikan dirinya good enough as Roma goalie. Keterbatasan dalam berbahasa membuat Stek gagal menjadi komandan di lini belakang untuk mengomandoi Marquinhos, Burdisso, Castan. Hampir ditransfer di Januari namun mengalami masalah teknis di detik terakhir, kepindahan Stekelenburg secara resmi diumumkan di awal bursa transfer musim panas ini.

Panagiotis Tachtsidis (Genoa/ 3m euro)
The most over-rated midfielder di era Zeman. Yang bahkan lebih sering dimainkan instead of Futuro Capitano, De Rossi. Roma melepasnya dengan fee sebesar 3 juta euro ke Genoa.

Marquinhos (PSG/ 31m euro ++)
One of Sabatini’s biggest investment. Diboyong dari dunia antah berantah, Marquinhos jadi jawaban lini belakang Roma when Burdisso flopped. Bisa bermain sebagai bek tengah maupun bek kiri, menghentikan setiap serangan Juve di Olimpico, Marcos dijual ke PSG dengan fee yang luar biasa sebagai pemain muda. Good luck, there.

Pablo Daniel Osvaldo (Southampton/ 15m euro ++)
Rekor baik? Top scorer Roma selama 2 musim, over-head goal against Catania. Rekor buruk? Punched Lamela, Menghina Aurelio Andreazzoli, unnecessary red card, high temperament, males gerak, then hated by fans. Dengan segala tindak tanduk buruknya, sudah saatnya Osvaldo dijual.

Erik Lamela (Tottenham Hotspurs/ 30m euro ++)
The most unwanted transfer by every romanisti all over the world. Promising, Good Dribbling, Natural Skill, and a Natural Football Brain. Bermain baik sebagai winger di AS Roma, mencetak 15 gol musim lalu, hingga dipanggil ke timnas Argentina. Baldini tahu persis kondisi keuangan Roma, ditambah dana segar penjualan Bale, Lamela didatangkannya. Sad. But, the show must go on. Good luck, Erick. You’ve promised us to come back later. :’)

Ivan Piris (Deportivo Maldonado/ Free)
Ivan Piris adalah lubang besar di sisi kanan pertahanan Roma. Keputusan tepat telah melepasnya.

Mauro Goichoechea (Danurbio/ Free)
Tampil menawan ketika menghentikan aksi Stephan El Sharawy hanyalah satu satunya penampilan gemilang-nya. Sisanya, berbagai blunder dibuat, membuat tifosi Roma deg-degan ketika Stek dan Lobont berhalangan.


Players Co-Owned Out
Andrea Bertolacci (Genoa), Simone Pettinari (Crotone),Adrian Stoian (Chievo), Politano (Pescara), Federico Barba (Grossetto), Luca Antei (Sassuolo), Nico Lopez (Udinese), Valerio Verre (Udinese), Giammaro Piscitella (Pescara), Sabelli (Bari).
Mayoritas pemain-pemain primavera ini memiliki bibit sebagai pesepakbola sekaliber Alessandro Florenzi kelak. Nama nama menjanjikan seperti Verre, -kyptonite Yaya Sanogo dan Paul Pogba di Final WC U-21- Nico Lopez, dan Giammaro Piscitella butuh waktu bermain untuk membuktikan diri. Andrea Bertolacci, yang bermain baik bersama Genoa musim lalu, co-ownershipnya juga diperpanjangan untuk menambah jam terbang.

Players Loaned Out
Svedkauskas (Paganese), Gianluca Curci (Bologna)
2 kiper ini butuh waktu bermain selama Morgan de Sanctis dan Bogdan Lobont masih bermain. Curci telah jadi kiper Serie A sejak lama, diharapkan kelak semakin matang dan layak untuk Roma.

Jose Angel (Real Sociedad), Frederico Viviani (Pescara), Matteo Brighi (Torino), Crescenzi  dan Gadji Tallo (Ajaccio)
Pemain kesayangan Luis Enrique, Jose Angel, diberi waktu 1 tahun lagi untuk membuktikan diri. Viviani diharapkan semakin matang bermain di Pescara, sementara Matteo Brighi dipinjamkan ke Torino untuk mengurangi beban gaji dibanding tetap ada di Roma dibawah bayang-bayang 6 midfielder utama yang dimiliki Roma sekarang. Crescenzi dan Tallo juga akan ditempa di Ajaccio.

Overall
Kehilangan beberapa sponsor sebagai imbas renewal arah marketing Roma, salah satunya setelah menjalin kerja sama dengan Nike sebagai apparel musim depan hingga 10 musim ke depan, diperparah kegagalan untuk masuk ke zona eropa, membuat finansial Roma disinyalir berada pada teritori negatif. Dengan banyaknya lubang di berbagai posisi, tidak bagusnya neraca keuangan karena berprioritas untuk membangun stadion baru, maka, sistem aji mumpung menjadi salah satu cara Roma untuk financing their squad depth.

Lamela dan Marquinhos yang bermain mengejutkan musim lalu, menghasilan lebih dari 60 juta euro sendiri. Masing masing 30 juta euro dari PSG dan Tottenham. Ditambah  15 juta euro dari Osvaldo, 75 juta euro hadir ke dalam kas Roma hanya dari 3 pemain. Dana segar ini yang menjadi sumber utama penyempurnaan skuad Roma musim ini. Dari penjualan 3 pemain itu, 7 pemain inti dihadirkan Roma, sebuah sistem yang sangat membantu di tengah kesulitan finansial Roma. Good enough? We hope.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Preview Giornata 2 : Shockmaker

Preview Giornata 2 : Shockmaker
Pada giornata 2 kali ini, Roma akan menjamu Hellas Verona di Stadion Olimpico, tanpa dukungan dari curva sud yang masih menjalani hukuman akibat tindakan yang disinyalir berbau rasis. Pertandingan ini juga menjadi debut bagi punggawa anyar Roma untuk bermain di Stadio Olimpico. Mehdi Benatia, Maicon, Strootman, hingga Adem Ljajic dan Gervinho bahkan pelatih Rudi Garcia akan mencicipi rasanya bermain di kandang sendiri, Stadion Olimpico. Yang dilawan adalah tim promosi, yang berhasil mengalahkan AC Milan, Hellas Verona.


Perkiraan Pemain
Line Up (4-3-3) : De Sanctis ; Benatia, Castan, Maicon, Balzaretti ; De Rossi, Strootman, Pjanic ; Ljajic, Totti, Florenzi.
Roma jelas menginginkan winning streak sebelum menjalani derby della capitale pada Giornata 4. Salah satunya melawan shockmaker Hellas Verona. Roma dituntut untuk bisa menjaga penguasaan bola dengan tidak membiarkan serangan balik yang akan digencarkan oleh Hellas Verona. Mehdi Benatia, berhasil melakukannya saat menjaga striker Livorno, Paulinho. Namun pertarungan kali ini berbeda, Luca Toni jauh memiliki postur dan penguasaan area yang lebih baik ketimbang, Paulinho.
Kembalinya Kevin Strootman dari cedera, akan menambah kekuatan lini tengah Roma mengingat Strootman bermain dengan sangat baik di pra-musim  baik dalam bertahan maupun menyerang. Di ini depan, Garcia mengindikasikan bahwa Gervinho dan Ljajic siap bermain walaupun belum memiliki kekuatan selama 90 menit. Marco Borriello mungkin tidak turun sebagai starter akibat kegagalannya dalam menunjukkan performa di depan pendukung Livorno. Dengan demikian, Francesco Totti akan memainkan peranannya kembali ke era Spalletti sebagai striker-less forward di lini depan. Florenzi yang bermain impresif dengan mencetak gol dan mencatatkan banyak shot on goal ketika menjadi Inside Forward di sisi kanan Roma juga memiliki kemungkinan untuk diturunkan.

The Old Roma vs The New Roma

Roma versi lama tidak akan memperoleh winning streak panjang bahkan cenderung kesulitan melawan tim kecil, maka keberhasilan Rudi Garcia dalam menentukan Roma baru adalah dengan membuktikan konsistensi memperoleh kemenangan di giornata 2 melawan Hellas Verona. Minggu, 23 Agustus 2013, 23:00 WIB. Forza Roma!

Rabu, 28 Agustus 2013

Review Giornata 1 Roma : De Rossi, The Son of Rome Raises

Roma memulai giornata pertama Serie A 2013/2014 dengan kemenangan setelah terakhir kali memperolehnya di tahun 2007. Hal ini jelas meningkatkan kepercayaan diri serta mental bertanding tim ibukota sekaligus jadi awal yang baik bagi Rudi Garcia. Momentum? Ya. Pembuktian diri? Belum.

Review
Line Up (4-3-3) : De Sanctis ; Maicon, Benatia, Castan, Balzaretti ; De Rossi, Bradley, Pjanic (Taddei) ; Totti, Borriello (Gervinho), Florenzi (Marquinho).

Babak pertama berakhir dengan skor 0-0. Tipikal bermain melawan tim promosi, Livorno melakukan pendekatan defensif dengan sesekali mengandalkan top scorer mereka Paulinho dalam serangan balik. Duen pemain anyar, Benatia dan Castan mampu meredam agresivitas natural Paulinho. Roma kesulitan mencetak gol, berbeda dengan era Zeman dan Luis Enrique, dimana Roma tidak hanya kesulitan mencetak gol namun juga kesulitan untuk membangun serangan, kini Roma sesekali dapat membangun variasi serangan lewat Pjanic dan Francesco Totti. Belum lagi agresivitas Maicon di sisi kiri yang tidak jarang melakukan shooting satu-dua kali untuk memecah kebuntuan.


Gol pemecah kebuntuan dicetak di menit 65 setelah operan Francesco Totti diteruskan tendangan keras Daniel ‘Futuro Capitano’ De Rossi. Sebuah gol tipikal De Rossi yang terakhir kali mencetak gol di tahun 2012. Setelah mencetak gol, DDR berlari ke arah rekan rekan tim yang berada di bench (kayaknya sih Borriello.cmiiw). Memperlihatkan betapa emosionalnya gol tersebut bagi sang pewaris takhta Francesco Totti. 2 menit berselang Florenzi berlari keluar kawalan bek bek Livorno menyambut kejelian Leandro Castan yang memberikan umpan jauh di belakang defender Livorno.2-0 untuk tim ibukota.

Mental Bermain
Era Luis Enrique dan Zdenek Zeman meninggalkan fluktuasi mental bermain bagi Roma. Musim lalu, Roma menang melawan Milan, Juve, Fiorentina, Napoli, Inter. Namun gagal melawan tim tim semenjana seperti Chievo, Cagliari, Pescara dan sebagainya. Mental De Rossi dalam memecah kebuntuan adalah apa yang dibutuhkan sang Futuro Capitano dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam memimpin Roma pasca-Francesco Totti.


The competition has started. Keep it hungry for glory!

Sabtu, 24 Agustus 2013

Mini Serie A Preview 2013/2014 : Manager Dependency

Serie A dimulai. 20 tim terbaik di Italia siap memberikan yang terbaik untuk meraih posisi terbaik di akhir kompetisi. Keyakinan atas lebih merata-nya kompetisi Serie A musim ini terus dipupuk. Tim-tim pesaing Juventus mulai berbenah dengan satu ambisi, mengakhiri dominasi Juventus atas back-to-back scudetti 2 tahun berturut-turut.

Bursa Transfer
Bursa transfer bergulir, tiap tim berbenah. Nama nama ‘beken’ masuk ke Serie A. Di tim tim papan atas, Juventus mendapatkan Carlos Tevez, Fernando Llorente, serta Angelo Ogbonna. Napoli memborong Pepe Reina, Gonzalo Higuain, Raul Albiol, Callejon, serta Dries Mertens. Milan gaet Matias Silvestre dari Inter serta Andrea Poli dari Sampdoria. Inter merekrut pemain muda semacam Ishak Belfodil dan Mauro Icardi, diluar kedatangan dari Hugo Campagnaro dan Rolando. Sementara Mario Gomez, Joaquin, Kevin Strootman, Gervinho dan Maicon menuju Fiorentina dan AS Roma. Belum lagi mempertimbangkan 2 tim spesialis pengganggu tim papan Lazio-Udinese yang dalam 2 musim terakhir selalu merusak konstelasi papan atas Serie A.
Tim papan tengah hingga tim promosi juga terus membenahi dirinya masing-masing. Parma mendapat Antonio Cassano, Hellas Verona mendapat Luca Toni. Serie A kini merata dari segi kualitas pemain. Ditambah 5 derby kota tahun ini, Turin, Milan, Roma, Genoa serta Verona, menambah kepastian serunya Seria A musim ini.

Overview : New Managers
Berbicara mengenai tim-tim yang bersaing di papan atas Serie A, Juventus, Milan dan Fiorentina memutuskan untuk mempercayakan posisi manajer tim kepada pelatih terdahulunya. Juventus dengan Antonio Conte, Fiorentina dengan Vincenzo Montella,serta Milan, yang sempat alot untuk memutuskan perpanjangan, Massimiliano Allegri. Conte telah membuktikan diri dengan meraih 2 scudetti di musim pertamanya bersama Juventus. Allegri, adalah tim yang membawa Milan meraih scudetto 2010/2011, dan Vincenzo Montella di awal kepelatihannya terus mengalami performa menanjak, setelah menjadi caretaker AS Roma, membawa Catania bermain cemerlang pada 2011/2012, dan puncaknya mebawa Fiorentina di peringkat 4 Serie A musim lalu.

Sementara itu Inter, Napoli, dan AS Roma mengganti pelatihnya dengan pelatih baru. Performa buruk Inter musim lalu, selain akibat cedera pemain, membuat posisi Andrea Stramaccioni dicabut untuk digantikan eks pelatih Napoli, Walter Mazzarri. Sementara posisi yang ditinggalkan Mazarri di Napoli, digantikan oleh Rafael Benitez. Sementara Roma menunjuk Rudi Garcia, pelatih yang membawa Lille menjuarai Ligue 1 musim 2010/2011.

Manager : Key Factor
Seria A musim ini dimulai dengan berbagai macam hal baru. Pemain baru, tujuan baru, tingkat kekuatan dan kedalaman tim yang baru, serta pesaing pesaing dengan aroma baru. Juventus mengincar hattrick scudetti sebagaimana yang dilakukan Internazionale pada medio 2007-2010, namun keberhasilannya berada di tangan Antonio Conte. Kemampuan Antonio Conte dalam memasukkan Carlos Tevez dan Llorente ke dalam skema Juventus, yang harus menahan ego dari Sebastian Giovinco, Mirko Vucinic untuk rela dirotasi waktu bermainnnya. Jangan lupa pula masih hadirnya Matri dan Fabio Quagliarella dalam skuad. Performa Juventus juga masih mengundang banyak tanya di pra-musim, menandakan Antonio Conte masih terus berbenah. Dan ini yang menjadi kunci apakah hattrick scudetti akan tercapai.




Penyakit Milan bersama Allegri musim lalu yang terseok di awal musim merupakan pekerjaan rumah bagi Massimiliano Allegri. Allegri harus mempercepat waktu adaptasi skuad barunya sebelum terlambat karena musim ini pesaing akan jauh lebih berat. Sementara Fiorentina cenderung stabil. Pakem Vincenzo Montella akan tetap berjalan mengingat kepergian Stevan Jovetic telah diisi oleh Mario Gomez. Kehadiran Joaquin akan semakin menambah daya gedor winger Fiorentina yang tahun lalu begitu eksplosif ditopang Cuadrado dan Adem Ljajic. Konsistensi permainan menjadi tugas lain yang harus diselesaikan Montella jika ingin membawa Fiorentina masuk Liga Champion musim depan.

Walter Mazzarri adalah sosok yang dibutuhkan Internazionale. Inter harus kembali (minimal) stabil di papan atas Serie A, dan itu hal yang secara konsisten dicapai Mazzarri di Napoli. Siap memulai Serie A dengan pemain pemain muda, membuat Mazzarri diwajibkan untuk dapat memupuk mental pemain muda untuk mengangkat kembali nama besar Internazionale.



Sementara tim ibukota, AS Roma, bersama Rudi Garcia harus kembali memulai proyek-nya setelah gagal di bawah asuhan Luis Enrique dan Zdenek Zeman. Garcia diharapkan membawa keseimbangan dan membuat sisi defensif Roma menjadi lebih baik setelah terus menjadi bulan-bulanan di 2 tahun sebelumnya. Belum lagi penyakit Totti-sentris dan mental bermain, merupakan pekerjaan rumah Garca di Roma.


Beralih ke Naples, Napoli melakukan sebuah gambling terbesar dengan merekrut Rafa Benitez. Benitez sangat diingat publik Italia saat gagal membawa pencapaian di Internzionale. Maka trauma akan Rafa Benitez di Serie A agak membayangi para tifosi Napoli. Namun Rafa kali ini berbeda, lain ketika di Internazionale, di Napoli Rafa sendiri yang mengomandoi transfer pemain. Tidak heran, Napoli rasa Spanyol hadir di tahun ini. Gonzalo Higuain, Raul Albiol, serta Callejon diborong dari Real Madrid. Maka pertanyaan yang paling besar adalah, akankah Napoli menjadi raja di Liga layaknya Valencia under-Benitez, atau menjadi jagoan Eropa layaknya Liverpool di Liga Champion atau Chelsea di Liga Eropa under-Benitez, atau malah hancur lebur seperti saat di Inter?



Di sisi lain, Francesco Guidolin serta Vladimir Petkovic siap membawa Udinese dan Lazio kembali mengacak-acak berbagai perkiraan pra-musim para pengamat. Berbekal semangat dan ketajaman  bomber ‘makin tua makin jadi’ Antonio Di Natale serta eksplosivitas Candreva-Hernanes di Lazio, kedua tim tersebut siap menyajikan perputaran posisi di 8 teratas Serie A Italia musim depan.

So, tahun ini tiap pelatih memiliki pekerjaan rumah masing-masing. Mereka yang menentukan nasib berbagai tim diatas dalam mengarungi panjangnya musim. It will be a marathon. Tapi tidak berarti mereka akan sampai ke garis akhir. Sabar bukanlah kata yang terdapat di kamus tifosi Italia. Mungkin saja Milan tidak akan memaafkan Allegri jika start buruk kembali dituai, mungkin pula Benitez akan bernasib sama seperti di Inter, dan sangat mungkin Roma kembali kehilangan kesabaran di tahun ketiga revolusi di tubuh serigala Roma.


Keep both of your eyes watching. Let the Seria A begins! Have a nice season, everyone! :D

Preview Giornata 1. Livorno – AS Roma

Yap. Mulai tahun ini insya Allah gue akan me-review tiap giornata. Ga janji akan memberikan both preview dan review tiap giornata. But, i’ll try my best. :D

H-10 penutupan mercato Roma, bukan berita baik seperti di awal mercato yang timbul di tubuh tim ibukota. Setelah kepergian Marquinhos, Osvaldo (yang sudah di ekspektasikan sejak lama mengingat hubungan buruk dengan fans), kini  Roma hampir pasti kehilangan punggawa potensialnya, Erik Lamela. Ini yang menyebabkan gue juga belum bisa memberikan prediksi Serie A musim ini unless mercato is over.


Giornata 1. A History.
Face the truth. Giornata 1 telah di depan mata. Roma akan bertandang ke kandang Livorno, sebuah tim promosi. Tiga giornata pertama Roma (Livorno, Verona, Parma) sangat ideal bagi tim yang bisa dibilang memulai kembali proyek-nya dari awal. Pelatih baru, skema baru, pemain baru, penyakit lama. Kenapa penyakit lama? Sejak 2007, Roma belum pernah menang di pertandingan pembuka. Begitupun Rudi Garcia yang juga hanya memenangkan 2 dari 6 pertandingan pembukanya. Beruntung bagi Roma pertandingan kali ini dibuka melawan tim promosi, Livorno.

Perkiraan Pemain.
Dua pemain dipastikan absen, diluar hengkangnya Osvaldo dan Lamela yaitu Kevin Strootman dan Destro. Keduanya dibekap cedera. Nama pertama mengalami cedera saat pertandingan pra-musim melawan Ternana. Belum lagi ditambah ketidak pastian apakah Marco Borriello tersedia di dalam tim, mengingat manajemen Roma yang terus berusaha menjual eks-Genoa tersebut.
Perkiraan pemain versi Andhika :
(4-3-3) De Sanctis; Maicon, Benatia, Castan, Balzaretti ; De Rossi , Bradley, Pjanic ; Totti (c), Borriello, Gervinho.
Potential subs : Balzaretti -> Dodo/Torosidis
                            Bradley -> Florenzi
                            Borriello -> Gadji Tallo

Roma memiliki beberapa opsi untuk bermain di lini tengah dengan absennya Strootman. De Rossi dan Pjanic dapar dipastikan untouchable sebagai pengisi lini tengah AS Roma. Tinggal memutuskan apakah menggunakan Bradley sebagai penyeimbang, atau menggunakan Florenzi yang sangat eksplosif sebagai gelandang serang di pra-musim kemarin. 


Potensi kehilangan Lamela dan Borriello pun membuat banyak kemungkinan di lini depan. Sangat mungkin Totti menjadi Target Man seperti era-Spalletti, dan mencoba Gervinho-Florenzi/Pjanic sebagai winger. Mengingat kemampuan keduanya sebagai winger.  Jangan lupakan Marquinho, walaupun kabar terakhir juga pemain tersebut dekat dengan Juventus. Gadji Tallo yang sangat sering dicoba oleh Garcia pun bisa saja bermain mengingat kosongnya bomber spot Roma jika Destro-Borriello tidak bisa dimainkan.


Well, everything’s possible. Termasuk memainkan Lamela dan membiarkan dia memainkan match terakhirnya bersama Roma musim ini (berita terakhir Lamela masih masuk call-up squad Roma kontra Livorno). But, perkiraan formasi di atas, secara matematis masih bisa mengalahkan Livorno dan menutup rentetan buruk laga pembuka AS Roma. Semoga tahun ini menjadi tahunnya Roma dan Pallotta memenuhi janjinya untuk membuat Roma yang #HungryForGlory.