Selasa, 17 September 2013

Review Giornata 3 : Strootman’s Effect

Line Up (4-3-3) : De Sanctis ; Maicon, Benatia, Castan, Balzaretti ; De Rossi, Strootman, Pjanic ; Florenzi (Marquinho) , Ljajic (Gervinho), Totti (Borriello).

Review
Bermain di Ennio Tardini, kandang Parma, Roma menurunkan line-up terbaiknya. Benatia – Castan dimainkan kendati hanya one yellow card away dari suspensi melawan Lazio, trio terbaik lini tengah DDR, Strootman, Pjanic diturunkan, hingga sang il capitano yang kembali jadi false 9 di lini depan. Hasilnya tidak terlalu baik di babak pertama. Ljajic bermain flop, kesulitan menyesuaikan diri dengan tempo permainan. Di sisi lain, Balzaretti di sisi kiri Roma terus di eksploitasi oleh pergerakan Jonathan Biabany. Parma unggul terlebih dahulu ketika pergerakan Biabany sempat menarik masuk balzaretti dan meninggalkan Mattia Cassani leluasa melakukan umpan ke tiang dekat. Castan sempet berusaha untuk menghentikan pergerakan Biabany yang kemudian menyundul bola masuk ke gawang Morgan De Sanctis.1-0 Parma unggul hingga turun minum. I guess, every single romanista watching this match would be very worried with Roma player’s mentality. Those LE and Zeman’s memories menghantui tiap romanisti.

Di babak kedua, Roma tampil lebih percaya diri. Baru 2 menit babak kedua dimulai, dari sebuah throw-in, untuk kesekian kalinya Adem Ljajic kehilangan bola, Miralem Pjanic mengkonversi bola liar tersebut menjadi sebuah chipped pass kepada Florenzi. Dengan sebuah tendangan keras kaki kanan, Florenzi mencetak gol penyeimbang. Pressure Parma di babak kedua mulai menurun dibanding babak kedua. Menit 70, Kevin Strootman melakukan sebuah chipped pass kepada Francesco Totti yang lepas dari jebakan offside. Sebuah tendangan ke kanan gawang Mirante, membuat Roma unggul 1-3. Terakhir, sebuah akselerasi Gervinho di sisi kiri pertahanan Parma, membuat Mattia Cassani harus melakukan dorongan dan membuahkan pinalti. Strootman melengkapi penampilan baiknya malam itu dengan sebuah tendangan keras dan sempurna ke gawang Parma. 1-3 untuk Roma. Game Over.

Strootman and Derby
Parma adalah tantangan lebih besar dibanding Livorno atau Verona, melewati Parma lewat sebuah comeback memberikan harapan setiap romanisti bahwa inkonsistensi Roma telah usai. Tidak ada lagi flop pasca international break yang menyebabkan Zeman dipecat, tidak ada lagi keragu-raguan untuk mencetak winning streak dan yang paling penting tidak ada lagi kehilangan poin dari tim kecil.


Strootman menjadi sosok baru di lini tengah Roma. Tidak ada lagi kerinduan akan Bradley pasca kabar cedera ketika berlatih bersama timnas AS. Strootman menjanjikan sebuah kegigihan dalam mengejar bola tanpa menurunkan akurasi terobosan ke lini depan. Hadirnya Strootman tidak hanya membawa keseimbangan namun juga membiarkan De Rossi dan Pjanic fokus mengerjakan tugasnya masing masing dalam menjaga kedalaman serta menciptakan peluang.


3 giornata usai. Kini Roma akan menghadapi tantangan terbesarnya, Derby Della Capitale melawan Lazio. Lebih dari 2 tahun Roma gagal menang melawan Lazio, yang paling keras adalah kenangan May 26, Coppa Italia. Kini Roma datang dengan mental yang lebih baik, dengan skuad yang lebih baik. Lazio butuh kemenangan untuk menyamakan poin dengan Roma, sementara Roma jelas punya 1 ambisi. Revenge. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar