Line Up (4-3-3) : De
Sanctis ; Maicon, Benatia, Castan, Balzaretti ; De Rossi, Strootman, Pjanic ;
Florenzi (Marquinho) , Ljajic (Gervinho), Totti (Borriello).
Review
Bermain di Ennio Tardini,
kandang Parma, Roma menurunkan line-up
terbaiknya. Benatia – Castan dimainkan kendati hanya one yellow card away dari suspensi melawan Lazio, trio terbaik lini
tengah DDR, Strootman, Pjanic diturunkan, hingga sang il capitano yang kembali jadi false
9 di lini depan. Hasilnya tidak terlalu baik di babak pertama. Ljajic
bermain flop, kesulitan menyesuaikan diri dengan tempo permainan. Di sisi lain,
Balzaretti di sisi kiri Roma terus di eksploitasi oleh pergerakan Jonathan
Biabany. Parma unggul terlebih dahulu ketika pergerakan Biabany sempat menarik
masuk balzaretti dan meninggalkan Mattia Cassani leluasa melakukan umpan ke
tiang dekat. Castan sempet berusaha untuk menghentikan pergerakan Biabany yang
kemudian menyundul bola masuk ke gawang Morgan De Sanctis.1-0 Parma unggul
hingga turun minum. I guess, every single romanista watching this match would
be very worried with Roma player’s mentality. Those LE and Zeman’s memories
menghantui tiap romanisti.
Di babak kedua, Roma
tampil lebih percaya diri. Baru 2 menit babak kedua dimulai, dari sebuah throw-in, untuk kesekian kalinya Adem
Ljajic kehilangan bola, Miralem Pjanic mengkonversi bola liar tersebut menjadi
sebuah chipped pass kepada Florenzi.
Dengan sebuah tendangan keras kaki kanan, Florenzi mencetak gol penyeimbang. Pressure Parma di babak kedua mulai
menurun dibanding babak kedua. Menit 70, Kevin Strootman melakukan sebuah chipped pass kepada Francesco Totti yang
lepas dari jebakan offside. Sebuah
tendangan ke kanan gawang Mirante, membuat Roma unggul 1-3. Terakhir, sebuah
akselerasi Gervinho di sisi kiri pertahanan Parma, membuat Mattia Cassani harus
melakukan dorongan dan membuahkan pinalti. Strootman melengkapi penampilan
baiknya malam itu dengan sebuah tendangan keras dan sempurna ke gawang Parma.
1-3 untuk Roma. Game Over.
Strootman and Derby
Parma adalah tantangan
lebih besar dibanding Livorno atau Verona, melewati Parma lewat sebuah comeback memberikan harapan setiap
romanisti bahwa inkonsistensi Roma telah usai. Tidak ada lagi flop pasca international break yang menyebabkan Zeman dipecat, tidak ada lagi
keragu-raguan untuk mencetak winning
streak dan yang paling penting tidak ada lagi kehilangan poin dari tim
kecil.
Strootman menjadi sosok
baru di lini tengah Roma. Tidak ada lagi kerinduan akan Bradley pasca kabar
cedera ketika berlatih bersama timnas AS. Strootman menjanjikan sebuah
kegigihan dalam mengejar bola tanpa menurunkan akurasi terobosan ke lini depan.
Hadirnya Strootman tidak hanya membawa keseimbangan namun juga membiarkan De
Rossi dan Pjanic fokus mengerjakan tugasnya masing masing dalam menjaga
kedalaman serta menciptakan peluang.
3 giornata usai. Kini Roma
akan menghadapi tantangan terbesarnya, Derby
Della Capitale melawan Lazio. Lebih dari 2 tahun Roma gagal menang melawan
Lazio, yang paling keras adalah kenangan May 26, Coppa Italia. Kini Roma datang
dengan mental yang lebih baik, dengan skuad yang lebih baik. Lazio butuh kemenangan
untuk menyamakan poin dengan Roma, sementara Roma jelas punya 1 ambisi.
Revenge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar