Sabtu, 07 Juli 2012

Rapor AS Roma 2011/2012 (Part I)


Sebagai tifosi AS Roma semenjak terkahir kali mendapat Scudetto di tahun 2001, kerinduan akan indahnya mengecap campeone d’italia menjadi kerinduan terbesar gue. Tak ayal, tiap tahun selalu muncul harapan dan evaluasi dari kasat mata seorang tifosi terhadap apa yang baik dan apa yang buruk. Begitupun untuk musim terakhir, AS Roma dibawah allenatore baru, dan pemilik baru. Revolusi Roma? Berhasilkah?
Berikut adalah ulasan ringkas mengenai performa tiap pemain/pelatih AS Roma musim 2011/2012.

Allenatore : Luis Enrique (6)

Ditunjuk sebagai pelatih anyar Roma di awal musim dengan membawa predikat mantan pelatih tim Barcelona B. Luis Enrique digadang gadang mampu memberikan warna baru permainan AS Roma. Gaya bermain indah di era Spalletti diharapkan datang kembali. Wacana hadirnya tiki-taka ala Italia pun muncul. Namun apa hasilnya? Inkonsistensi.
Ya. Roma di tangan Luis Enrique masih seperti Roma beberapa tahun terakhir. Roma yang sangat konsisten terhadap inkonsistensi-nya di setiap pertandingan. Bagaimana tidak? Roma begitu perkasanya membungkam Internazionale 4-1, mendekap Napoli 3-1 dan menguasai AC Milan di awal musim walaupun  berakhir 2-2, sementara di sisi lain harus takluk di kualifikasi Liga Eropa dari Slovan Bratislava, dibungkam Lecce 4-2, dan kalah dua kali di partai Derby della Capitale. Pemilihan pemain pun dirasa sangat aneh, melupakan seorang Marco Borriello, mempercayakan Marco Cassetti di lini belakang di awal musim, kegagalan memasang Erik Lamela sebagai Trequartista, hingga percobaan-percobaan yang selalu berubah dari pertandingan ke pertandingan. Yang nampak hanyalah 1 musim AS Roma yang tidak memiliki jalan terang ke tangga Scudetto, justru seolah tiap pertandingan adalah friendly match, padahal target sangat jelas, Revolusi Roma. Permainan tiki taka pun hanya jadi wacana ketika sadar bahwa kreativitas tidak muncul di lini tengah, pemain tidak di manage untuk membuat celah, namun menunggu datangnya celah. Itulah mengapa Roma dibantai Juventus di akhir musim.
Melihat ketidak stabilan tersebut dan keputusan untuk mengundurkan diri di akhir musim, nilai 6 cukup bagi sang allenatore.

Goalkeeper :

Maarten Stekelenburg (6,5)
Ingin rasanya memberikan nilai lebih baik untuk kiper utama timnas Belanda ini, namun banyaknya gol yang bersarang tidak dapat dielakkan. Memang agak naif menyalahkan seorang kiper. Performa lini pertahanan yang buruk lah yang jadi kambing hitam kegagalan Stek dalam menjaga gawangnya. Praktis kegagalan terbesar Stek hanyalah ketidak tenangan dalam menghadapi Ibrahimovic. 6,5 saya rasa pantas bagi seorang Stek. See you next season, Stek!
Bogdant Lobont (6,5)
Menjadi pengganti Stek yang cedera, Bogdant Lobont tampil luar biasa. Namun bek kembali jadi sorotan, tak ayal gawang pun bobol juga. Kegigihannya dalam melapis Stek pantas diganjar nilai yang sama dengan Stek, 6,5.
Gianluca Curci (5,5)
Tampil sangat sedikit hanya dapat dihitung dengan jari, performa kiper asli Roma ini pun dapat dipertanyakan. Saya melihat dia hanya seperti mantan kiper Roma, Doni. Penuh Inkonsistensi.

Defender :

Nicolas Burdisso (6)
Bek terbaik AS Roma musim ini. Namun sayang, cedera di pertengahan musim yang menyebabkannya absen hingga akhir musim membuat dirinya tidak dapat berkontribusi banyak untuk AS Roma msuim ini. Efeknya jelas terasa bagi AS Roma, kerapuhan di lini belakang. Lalu bagaimana penampilannya musim ini? Nilai 6 masih pantas bagi dirinya karena kegigihan saat Roma menghadapi Milan di paruh musim pertama.
Simon Kjaer (5,7)
Menjadi andalan di banyak pertandingan akibat cederanya Nicolas Burdisso dan Juan secara bergantian, Kjaer masih diselimuti inkonsistensi. Sering menahan tendangan striker lawan, namun sering juga kewalahan dalam menebak pergerakan lawan, sampai akhir musim pun praktis hal tersebut sangat sering terjadi, tak ayal sampai detik ini manajemen Roma bingung apakah akan menebus pinjaman Kjaer atau justru melepasnya.
Cicinho (5,3)
Mantan pemain Real Madrid ini jelas telah habis masa orbitnya. Di era Spalletti dia masih sering jadi pahlawan dan muncul ke permukaan, namun di umur yang sudah kepala 3, tak ayal permainan melambat, badanpun tidak seramping dulu. Praktis hanya dipercaya bermain beberapa pertandingan, tetap disiplin, tetap ala Cicinho, namun dengan versi lebih lambat dan tidak selugas dulu. 5,3 cukup pantas baginya.
Jose Angel (5,6)
Pemain muda, anyar, berasal dari Sporting Gijon, sempat digadang gadang menjadi wing back yang hebat di awal musim. Namun karakter permainannya justru melambat di Italia. Menjadi salah satu bek sayap muda dengan pelepasan umpan terbanyak di Spanyol musim lalu, musim ini sangat jarang terlihat ia melepaskan umpan. Pemain ini lebih banyak menyisir lewat sayap kiri, lalu kembali mundur ke belakang. Inilah mengapa jarang sekali ada umpan umpan silang Roma dari sayap kiri.
Juan (5,8)
Bek veteran Roma ini masih menjadi andalan Roma. Masih lugas, masih kuat dan cermat membaca pergerakan lawan, namun kecepatannya jadi masalah, di tambah mengalami cedera di pertengahan musim, praktis Juan menjadi salah satu aktor keterpurukan pertahanan Roma musim ini.
Aleandro Rosi (5,9)
Setidaknya spirit yang ditujukan pemain berumur 24 tahun ini cukup melegakan tifosi Roma. Naik  turun di sisi kanan AS Roma membuat sisi kanan Roma lebih hidup dari sisi kirinya. Namun penampilannya masih belum bisa dikatakan baik, labil dalam akurasi umpan, fisik yang mudah kelelahan diatas menit 70, serta keputusannya untuk sering melakukan tembakan langsung yang tidak menepati sasaran membuat nilai 5,9 hanya pantas untuk dirinya.
Rodrigo Taddei (6)
Datang ke AS Roma untuk bermain di posisi winger dan membuktikan ketajamannya di masa mudanya, jelas sekali perbedaan Taddei biasanya dengan Taddei musim ini. Enrique selalu menempatkan Taddei sebagai wing back untuk bergantian mengisi plot Jose Angel ataupun Aleandro Rosi. Sangat kuat dalam melakukan penyerangan, namun sering keteteran dalam bertahan. Nilai 6 layak untuk pemain veteran yang satu ini.
Marco Cassetti (5)
Cassetti telah habis. Tidak ada lagi Marco Cassetti selugas dulu ketika berkompatriot dengan Max Tonetto sebagai dua wing back andalan Roma. Yang tersisa di musim ini hanyalah lambat, ceroboh, emosional. Bobroknya AS Roma di tangan Fiorentina menjadi bukti jelas mengapa tidak seharusnya Cassetti bermain musim ini.
Gabriel Heinze (5,8)
Memutuskan ia mendapat 5,8 atau 5,9 sangatlah sulit. Di satu sisi ia bermain baik dengan membimbing Daniele De Rossi saat menjadi bek. Sesekali juga sangat lugas menahan serangan lawan. Namun tidak jarang pula kalah dalam perebutan bola, hilang bola dan lain sebagainya. Mantan pemain Manchester United dan Real Madrid ini pun rasanyan hanya pantas mendapat nilai 5,8

Bersambung ke part II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar