Sabtu, 12 Januari 2013

ASUMSI


Berbicara mengenai hidup, maka berbicara mengenai interaksi. Semua orang berinteraksi satu sama lain. Secara langsung atau tidak langsung mereka bertukar ilmu. Interaksi secara langsung dua arah dinamakan diskusi. Well, seberapa penting dan vital sih sebuah diskusi? Diskusi bagaimana yang ideal? Apa hubungannya sama judul diatas? We’ll see.

Pernah suatu ketika gue mendapati sebuah problem yang sifatnya vital. 2 orang berdiskusi tentang sesuatu yang esensial dan mengganggu comfort zone ideologi lawan bicaranya. Langsung aja contoh, misalnya suatu ketika 2 orang berbicara tentang kapitalisme, yang satu netral yang satu libertarian. Ketika orang neutral mengeluarkan kalimat yang seolah melakukan judge bahwa kapitalisme itu buruk, seorang libertarian akan membantahnya. Fase pembantahan ini sebetulnya tidak masalah, yang bermasalah adalah seringkali kita tidak melihat dari sudut pandang orang lain mengapa ia menyebutnya salah.

Contoh lain yang lebih spesifik masalah riba, seseorang yg sangat pro bahwa bunga bank adalah haram ketika dikeluarkan sebuah statement bahwa tidak semua bunga adalah haram, akan bereaksi menentang. Begitupun masalah lain, misalnya , urgensi hutang (kenapa harus utang?), buruknya sosialis (sosialis berhasil apa?) dan lain sebagainya di berbagai sudut ilmu manapun seseorang yang mendengar kalimat yang bertentangan akan ideologinya seringkali terlampau cepat menentukan sikap. Sekali lagi gue tegaskan, tidak ada yang salah dengan penyikapannya. Gue pun akan melakukan yang sama, tapi hendaknya kita menghargai apa yang mereka sampaikan, sudut apa yang jadi titik pandang mereka, dan asumsi apa yang mendasari mereka berpikir.

Tulisan ini hanyalah sebuah tulisan di malam minggu yang asalnya dari sebuah ketergugahan terhadap melihat cara pandang manusia. Tidak seperti binatang, manusia memiliki otak untuk berpikir. Tidak etis menyebut satu manusia tidak lebih cerdas dari manusia yang lain sama halnya dengan tidak etis menyebut seorang manusia memiliki keimanan yang lebih tinggi dari orang lain. Yang harus kita lakukan adalah belajar menempatkan diri menjadi orang lain. Belajar melihat cara pandang orang lain, dan memahaminya. Memahami setiap asumsi yang digunakan setiap manusia. Toh, mengukur siapa miskin siapa kayak saja menggunakan asumsi, bukan? J

Sabtu, 12 Januari 2013
20:45



Tidak ada komentar:

Posting Komentar