Rabu, 11 Juli 2012

Menuju DKI I. Apa yang (telah/akan) terjadi?


Waktu menunjukkan pukul 23.35. Baru pulang abis nonton dan makan bareng with Dhini, Ijul, Anis, Ilham, Gon. Badan cape tapi ada yang langsung gue cek ketika sampe rumah. Hasil Quick Count DKI 1. Thanks buat beberapa temen gue yg ngasih tau hasil sementara via twitter, gue juga langsung cek berbagai berita dan hasilnya semua ga jauh beda. Hasil akhirkah? Biasanya sih begitu.. haha

Oke. Sebelumnya gue ingin tegasin lagi seberapa penting dan buat apa gue ngomongin hal ini. Gue orang Depok, bukan pemilih, buat apa ngomong? Hello~ Depok mepet Jakarta boy. Kota satelit dari Jakarta. Rabu ini libur pilkada untuk Jakarta, tapi margo penuh. It means? Simpulin sendiri aja. Atas kepentingan itu + label ibukota/kota penting dsb gue pengen banget ngebahas hal ini.

Oke. Kita review dulu apa yang gue tulis tadi pagi di twitter gue. Gue prediksi unggulan buat DKI 1.
1. Foke. Incumbent. Kenapa masih jago? Jelas iming iming ke birokrat. Siapa yang ga mau gaji naik? Pemilih? Mereka yang puas gajinya naik di jaman Foke, yang dapet ini itu dsb. Jelas ini masih besar.
2. Jokowi. Why? Gue 2x dateng ke seminar Jokowi di UI. Luar biasa cara penyampaiannya, sederhana, blow up fakta yang jelas, dsb. Saat ia jadi walikota Solo keberhasilan sangat jelas. Kalau saja semua orang bisa liat keberhasilan Jokowi? Siapa yang ga kepincut milih dia? Gue aja pengen dia jadi walikota Depok. #ups. Karakter kampanye Jokowi sangat down to earth. Sangat ngincer pedagang dan rakyat kecil yang jelas banyak (menengah ke bawah juga). Asumsikan Jokowi ngasih tau keberhasilannya ke mereka?bisa dipastikan suara mereka ke kubu Jokowi. Kandidat pesaing kuat.
3. Hidayat Nur Wahid (HNW). PKS. Kalo PKS udah jadi alasan, cukuplah seorang kandidat dapet suara banyak. Jelas pendukung loyal, sangat loyal, kantong suara PKS akan bergerak sama sama ke satu kubu, solid. Jelas ga akan sampe 40an% kayak 2007. Tapi tetap besar. Selain Depok, Jakarta juga basis PKS soalnya. Akademisi ke Didik J.Racbini? Hem. Kita masih punya Faisal Basri.
4. Faisal Basri. Ini gila. Independen tapi gue prediksi bisa ngejutin. Lewat Pandji, Glenn Fredly, Ernest, Tompi dsb, mereka mengusung non-partai, pro perubahan. Kubu ini incarannya ga main main, orang orang golput. Socmed, blog, youtube dihajar abis. Underdog. Sayang isu mereka bakal dibantai di DPRD sangat mengganggu masyarakat rasional untuk memilih.
5-6. Alex Nurdin-Hendardji. Terserah mereka mau ke 5 atau 6. Ga cukup menonjol. Alex Nurdin bikin sekolah gratis di Sumsel? Hedeeehh.. sekolah gratis udah banyak kalee.. bukan prestasiii.. malah kasus korupsinya sangat mengganggu para pemilih. Hendradji? Independent ga punya target suara. Gue awalnya ngira keberadaan dia cuma buat mecah dukungan terhadap suatu kubu. Wallahu alam bis sawwab.

Hasil Quick Count:



This is it. Disini terlihat bahwa pemilih rasional bener bener ngambil andil. Sejak kapan PDIP-Gerindra punya basis di Jakarta? Ini jelas bukan suara basis partai. Ini jelas pemilih rasional penasaran dengan Jokowi dan ingin memberikan kepercayaan lebih. Hasilnya? Banjir suara ke Jokowi sampai 40%. Luar biasa!
Foke? Standar. Kemungkinan emang segitu perkiraan gue. Cuma punya basis birokrat dan orang-orang yang dapet rasa nyaman 5 tahun ke belakang, jelas ini lumayan. Masalah etnis betawi udah ga jadi pertimbangan. Atau pertimbangan ini yang bikin suara Faisal Basri cukup tinggi nyaris 5% berkat bang Biem benyamin yang notabene betawi. Hilanglah sebagian dari 50%an suara 2007 itu.
HNW? Yap. Gue bilang juga apa. PKS basis-nya besar kan? 11%an? Firasat gue bersihnya 10% tuh murni orang PKS yang sangat super loyal, sisanya mungkin floating votes pemilih rasional. Buat mereka yang sadar politik, menggunakan HNW yang notabene maennya tingkat nasional (mantan Ketua MPR) untuk balapan di tingkat Gubernur bikin PKS agak kelihatan glory hunter abis+kebakaran jenggot gara gara ga punya calon lain selain HNW. Sayang udah pake emergency plan, tetep aja kalah. Sayang beribu sayang. Kaderisasi PKS harus lebih tegas. Melakukan pembibitan pemimpin yang super. Kualitas bukan kuantitas, bung.
Faisal Basri. Yap. Followers pandji tuh ga sampe 250.000, ga semuanya orang Jakarta juga, jelas ga signifikan untuk ngangkat sampe putaran kedua. Tapi 5%? It was a very very good effort! Tandanya independen berhasil membuktikan (kalo kata pandji) lebih oke dari Golkar. 5% ini ngeliat banget kalo Faisal Basri bawa tekad yang kuat bahkan sampe kategori gila yang bikin pemilih rasional tertarik terhadap nekad-nya Faisal Basri. Andai saja nih, andai, Jokowi ga ikut pilkada, pemilih rasional pasti kesini (atau HNW). Sayang isu dibantai di DPRD terlalu besarr.sangat besar dan kelewat besar menggerus potensi suara tim ini.
Alex Nurdin-Hendardji? Cukup ya. Gausah dikomentarin. Ga seru. Haha.

Okay, then what’s next?
Jokowi vs Foke di putaran kedua. Ada 2 hal yang berpengaruh terhadap suara di putaran kedua.
1. Suara PKS 2. Sisa sisa pemilih rasional.
Sisa sisa pemilih rasional kemungkinan besar bakal ke Jokowi. Tagline tetep. #asalbukanfoke #asalbukankumis. Atau malah pemilih rasional akan golput. Foke senang. Haha
Lalu suara PKS? Kenapa penting? karena merka bergerak bareng2. Kalo aja bener PKS dukung Jokowi, Tamat sudah Foke di Jakarta. Tapi kalo PKS milih Foke, Game on! Selisih bakal tipis, tinggal bagaimana kampanye dimaksimalkan. Meraih sisa sisa suara yang tercecer.
So, kalo fix putaran kedua. Bersiaplah warga Jakarta. Game on. Keduanya punya resiko. Tinggal pilih mau resiko yang kayak gimana? Lambat seperti 5tahun terakhir, atau tangan Mega-Prabaowo muncul di Jakarta.
Pray for the best..!
Regards,
Andhika PP

Sabtu, 07 Juli 2012

Tanggung Jawab Pembangunan Hijau


Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia yang mengangkat masalah lingkungan digelar di Rio de Janeiro, Brazil, tepat 20 tahun KTT Bumi yang juga diselenggarakan di tempat yang sama. Isu lingkungan kembali muncul melihat di berbagai belahan bumi terjadi ketidakmenentuan iklim dan peningkatan kuantitas bencana alam. Hal ini menimbulkan sebuah tuntutan bagi para pemangku kebijakan  dunia untuk merumuskan sebuah kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan.

Lingkungan seolah menjadi sebuah trade-off besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat hingga sekarang memiliki titik tolak utama yaitu revolusi industri. Revolusi industri membuat kecepatan peradaban semakin pesat dan ekonomi melaju kencang. Sayangnya, limbah serta polusi yang dihasilkan sebagai bentuk eksternalitas negatif dari revolusi industri membuat lingkungan menjadi korban utama. Akumulasi tersebut membawa kita pada era perubahan iklim ekstrim seperti sekarang ini.

Sampai detik ini, kecepatan pertumbuhan teknologi ramah lingkungan masih tertinggal dari kecepatan pertumbuhan industri konvensional yang mengeluarkan banyak polusi dan limbah, sehingga fenomena penyelamatan lingkungan masih hanya sebatas mengurangi laju pertumbuhan polusi bukan mengurangi polusi secara keseluruhan. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama para pemangku kebijakan yang berunding di KTT+20,Rio de Janeiro 2012. Harapannya adalah munculnya sebuah formula yang dapat membuat akumulasi total polusi berkurang, bukan hanya sekedar mengurangi laju pertumbuhannya.

Dengan dibawanya isu ini diharapkan para pemimpin dunia dapat mendesak negara negara industri segera mengurangi ekspansi industrialisasinya yang tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan. Karena bagaimanapun membiarkan negara negara industri untuk terus melakukan industrialisasi dan hanya mengandalkan negara tropis untuk memperbaiki alamnya hanya akan membuat perbaikan lingkungan semakin menjauhi kata berhasil.

Perbaikan kelestarian alam jangan sampai hanya menjadi tanggung jawab negara negara tropis, namun bagaimana negara negara industri maju juga ikut bertanggung jawab atas pencemaran yang dilakukan. Wacana vertical gardeningrooftop gardening serta berbagai inovasi penghijauan kota, sudah seharusnya diimplementasikan secara massal demi memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri.

Sudah selayaknya apa yang dialami bumi ini menjadi tanggung jawab seluruh negara baik negara maju maupun berkembang. Keselarasan dalam upaya perbaikan lingkungan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan dari negara maju dan berkembang sangat diperlukan untuk membawa peradaban pembangunan dunia menjadi pembangunan hijau yang berkelanjutan.

Tulisan ini dimuat di Harian Seputar Indonesia kolom Suara Mahasiswa edisi 25 Juni 2012.

Rapor AS Roma 2011/2012 (Part II)


Midfielder :

Daniele De Rossi (6,5)
Entah apa rasanya menjadi Daniele De Rossi musim ini. Kadang bersama Fernando Gago bahu membahu menjadi Anchor Man bagi lini tengah Il Lupi, namun ketika bek Roma krisis, posisi baru pun ia perankan. Central Defender. Sangat wow melihat penampilannya menjadi bek tengah musim ini, namun perannya manjadi jendral lapangan tengah AS Roma musim ini kurang terasa. Entah karena harus berbagi posisi dengan Gago atau karena terlena dengan gaji 6 juta euro per musim yang baru ia teken. Haha. Namun sekali lagi. De Rossi tetaplah De Rossi. Il Futuro Capitano. 6,5 pantas untuk dirinya.
Miralem Pjanic (7)
Mencetak gol spekatakuler lewat tendangan bebas, menjadi playmaker bersama Francesco Totti, dan menjadi dirigen utama Roma ketika Totti absen. Nampaknya kontribusi pemain ini di musim lalu tidak pantas dihargai dengan hanya menempati peringkat 7 klasemen Serie A. Nilai 7 tidak overrated atas apa yang ia kontribusikan. Pemain terbaik Roma musim ini versi gue.
David Pizarro (-)
Andrea Pirlo-nya AS Roma. Sayang tidak mendapat kepercayaan dari Luis Enrique untuk bermain. Dan harus meninggalkan Roma di tengah musim untuk pergi ke Manchester City. Tidak bisa memberikan nilai untuk dirinya karena hanya bermain sedikit musim ini.
Fernando Gago (6,5)
Overall Gago tetaplah Gago. Tidak sekeras dan selugas De Rossi. Defensive Midfielder paling lembut yang pernah gue lihat permainannya. Sisi lugasnya tetap ada, ditambah lagi akurasi umpan umpan langsungnya untuk Fabio Borini di lini depan. Sangat elegan!
Simone Perrotta (-)
Di awal musim sesekali bermain. Di akhir musim pun sempat jadi sub bagi beberapa pemain. Namun tidak ada kontribusi berarti yang dikeluarkan pemain ini. Melihat dari segi umur, nampaknya periode Perrotta memang telah usai.
Leandro Greco (5,9)
Greco. Muda. Cermat. Unik. Namun kelemahannya hanya satu. Membuang buang peluang. Ketenangannya dalam memanfaatkan momentum dipertanyakan melihat beberapa kali permainannya membuat tifosi garuk garuk kepala. Labil dan pusing bagi siapapun pelatihnya untuk memutuskan memainkan Greco atau tidak. Pion judi AS Roma bersama Simplicio.
Fabio Simplicio (6,4)
Simplicio. Pemain ini salah satu pion judi AS Roma. Memainkan dia bisa terjadi dua peluang. Lini tengah yang rapuh, atau dia mencetak gol gol luar biasa nan penting. Selebrasinya yang unik dengan mencium anaknya di tribun, serta berkumpulnya seluruh pemain Roma ketika ia mencetak gol ke gawang Cesena menjadi hiburan bagi para tifosi. 6,4 untuk Simplicio.
Federico Viviani (-)
Kapten tim primavera AS Roma ini sangatlah lugas di lini tengah bagi orang seusianya. Sesekali di panggil ke tim utama untuk menambal bolongnya lini tengah Roma. Viviani tampil cukup baik. Namun tidak bisa dinilai penampilannya mengingat minimnya waktu ia bermain.
Marquinho (6,5)
Dibeli di pertengahan musim. Marquinho nampaknya jadi pemain favorit dari Luis Enrique. Alasannya jelas dia sering membuka celah pertahanan lawan lewat tendangan kerasnya. Simplicio berhasil mencetak gol indah usai kiper menahan tendangan Marquinho saat melawan Cesena. Namun sayangnya belum ada tendangan kaki kirinya yang membuahkan gol. Hanya beberapa sundulannya yang berhasil menggetarkan jala lawan. 6,5 pantas bagi Marquinho.

Attacker :

Erik Lamela (6,5)
Erik Lamela dibeli dengan harga yang sangat mahal di awal musim, ekspektasi pun besar. Memang tidak mulus hasilnya, namun di beberapa kesempatan skill individunya membuat tifosi kagum padanya. Debutnya berhasil membuat gol. Tendangan bebasnya yang menjadi gol sangat luar biasa saat melawan Lecce.  Skill Messi KW-nya juga tidak jelek jelek amat. Namun kegagalannya menjadi Trequartista seperti saat ia di River Plate dulu mengurangi nilai tambah dirinya. 6,5 cukup bagi dirinya.
Fabio Borini (6,5)
Borini tampil mengejutkan dengan mencetak strike gol di beberapa pertandingan. Namun ia memiliki beberapa kekurangan. Tidak bisa lama lama menguasai bola, sulit meliuk seperti Bojan, praktis hanya menjadi striker opportunis. Namun gol tetaplah gol. Borini masih muda dan dapat diasah untuk jadi striker kelas dunia. 6,5 pantas untuk dirinya.
Pablo Daniel Osvaldo (6,2)
Osvaldo pemain yang kuat, memiliki tendangan keras, dan emosional. Namun tipikal bermainnya tidak disukai beberapa tifosi AS Roma. Alhasil banyak gol yang dicetaknya pun hanya menambah pro kontra dari tifosi AS Roma. Jumlah tendangan melencengnya pun jauh lebih banyak dari gol-nya. Mungkin agak subjektif, namun Osvaldo hanya mendapat nilai 6,2 dari gue.
Bojan Krkic (6,4)
Pemain binaan La Masia yang kehilangan posisinya di Barcelona ini hijrah ke AS Roma mengikuti Luis Enrique. Permainannya bisa dikatakan sedang sedang saja untuk kategori pemain yang membawa embel embel eks Barcelona. Tidak menjadi solusi lini depan AS Roma, walaupun sesekali mencetak gol gol yang cukup apik melalui kakinya. 6,5 terlalu tinggi bagi Bojan. 6,4 gue rasa cukup.
Giammario Piscitella (-)
Pemain primavera ini bermain menawan ketika Luis Enrique memasukkan dirinya menjadi sub di sebuah pertandingan (lupa lawan siapa). Bermain apik untuk seorang primavera seperti dirinya. Tak ada nilai yang bisa diberikan untuk dirinya.
Gadji Junior Tallo (-)
Sama seperti Piscitella, Tallo bermain jadi sub di satu pertandingan lalu membuat assist yang diteruskan Simplicio (kalo ga salah) menjadi sebuah gol. Di Primavera ia bersama Nico Lopez adalah goal getter andalan AS Roma.
Marco Borriello (-)
Bermain apik musim lalu ketika Roma ditangani Claudio Ranieri. Namun di tangan Luis Enrique ia bak hilang di telan bumi. Tidak sesuai dengan skema yang dibawa Luis Enrique, praktis Borriello hanya bermain di beberapa pertandingan AS Roma. Pada jendela transfer musim dingin, ia harus rela dipinjamkan ke Juventus.

Francesco Totti (6,5)
Tidak ada yang bisa menggantikan simbol kota Roma yang satu ini. Il Capitano Francesco Totti. Sempat beberapa kali mengalami cedera musim ini, Totti sangat apik memainkan peran yang lama tak ia perankan, Trequartista. Menjadi pengalir bola dari kiri ke kanan, belakang ke depan, dan juga mencetak gol penting bagi AS Roma di beberapa pertandingan, nampaknya kalimat No Totti No Party masih belum bisa ditinggalkan serigala Roma.

Momen setelah Simplicio mencetak gol ke gawan Cesena. Best moment for this season.
Overall
yap secara keseluruhan peringkat 7 bukanlah hadiah yang tepat bagi Il Giallorossi yang sedang berusaha membuat sebuah revolusi besar. Mundurnya Luis Enrique pun membuat proyek ini seolah mengulang kembali dari nol. Akankah Zdenek Zeman sebagai allenatore baru Roma dapat membuat sebuah perubahan signifikan yang bermuara pada Scudetto? Can't wait..!

Rapor AS Roma 2011/2012 (Part I)


Sebagai tifosi AS Roma semenjak terkahir kali mendapat Scudetto di tahun 2001, kerinduan akan indahnya mengecap campeone d’italia menjadi kerinduan terbesar gue. Tak ayal, tiap tahun selalu muncul harapan dan evaluasi dari kasat mata seorang tifosi terhadap apa yang baik dan apa yang buruk. Begitupun untuk musim terakhir, AS Roma dibawah allenatore baru, dan pemilik baru. Revolusi Roma? Berhasilkah?
Berikut adalah ulasan ringkas mengenai performa tiap pemain/pelatih AS Roma musim 2011/2012.

Allenatore : Luis Enrique (6)

Ditunjuk sebagai pelatih anyar Roma di awal musim dengan membawa predikat mantan pelatih tim Barcelona B. Luis Enrique digadang gadang mampu memberikan warna baru permainan AS Roma. Gaya bermain indah di era Spalletti diharapkan datang kembali. Wacana hadirnya tiki-taka ala Italia pun muncul. Namun apa hasilnya? Inkonsistensi.
Ya. Roma di tangan Luis Enrique masih seperti Roma beberapa tahun terakhir. Roma yang sangat konsisten terhadap inkonsistensi-nya di setiap pertandingan. Bagaimana tidak? Roma begitu perkasanya membungkam Internazionale 4-1, mendekap Napoli 3-1 dan menguasai AC Milan di awal musim walaupun  berakhir 2-2, sementara di sisi lain harus takluk di kualifikasi Liga Eropa dari Slovan Bratislava, dibungkam Lecce 4-2, dan kalah dua kali di partai Derby della Capitale. Pemilihan pemain pun dirasa sangat aneh, melupakan seorang Marco Borriello, mempercayakan Marco Cassetti di lini belakang di awal musim, kegagalan memasang Erik Lamela sebagai Trequartista, hingga percobaan-percobaan yang selalu berubah dari pertandingan ke pertandingan. Yang nampak hanyalah 1 musim AS Roma yang tidak memiliki jalan terang ke tangga Scudetto, justru seolah tiap pertandingan adalah friendly match, padahal target sangat jelas, Revolusi Roma. Permainan tiki taka pun hanya jadi wacana ketika sadar bahwa kreativitas tidak muncul di lini tengah, pemain tidak di manage untuk membuat celah, namun menunggu datangnya celah. Itulah mengapa Roma dibantai Juventus di akhir musim.
Melihat ketidak stabilan tersebut dan keputusan untuk mengundurkan diri di akhir musim, nilai 6 cukup bagi sang allenatore.

Goalkeeper :

Maarten Stekelenburg (6,5)
Ingin rasanya memberikan nilai lebih baik untuk kiper utama timnas Belanda ini, namun banyaknya gol yang bersarang tidak dapat dielakkan. Memang agak naif menyalahkan seorang kiper. Performa lini pertahanan yang buruk lah yang jadi kambing hitam kegagalan Stek dalam menjaga gawangnya. Praktis kegagalan terbesar Stek hanyalah ketidak tenangan dalam menghadapi Ibrahimovic. 6,5 saya rasa pantas bagi seorang Stek. See you next season, Stek!
Bogdant Lobont (6,5)
Menjadi pengganti Stek yang cedera, Bogdant Lobont tampil luar biasa. Namun bek kembali jadi sorotan, tak ayal gawang pun bobol juga. Kegigihannya dalam melapis Stek pantas diganjar nilai yang sama dengan Stek, 6,5.
Gianluca Curci (5,5)
Tampil sangat sedikit hanya dapat dihitung dengan jari, performa kiper asli Roma ini pun dapat dipertanyakan. Saya melihat dia hanya seperti mantan kiper Roma, Doni. Penuh Inkonsistensi.

Defender :

Nicolas Burdisso (6)
Bek terbaik AS Roma musim ini. Namun sayang, cedera di pertengahan musim yang menyebabkannya absen hingga akhir musim membuat dirinya tidak dapat berkontribusi banyak untuk AS Roma msuim ini. Efeknya jelas terasa bagi AS Roma, kerapuhan di lini belakang. Lalu bagaimana penampilannya musim ini? Nilai 6 masih pantas bagi dirinya karena kegigihan saat Roma menghadapi Milan di paruh musim pertama.
Simon Kjaer (5,7)
Menjadi andalan di banyak pertandingan akibat cederanya Nicolas Burdisso dan Juan secara bergantian, Kjaer masih diselimuti inkonsistensi. Sering menahan tendangan striker lawan, namun sering juga kewalahan dalam menebak pergerakan lawan, sampai akhir musim pun praktis hal tersebut sangat sering terjadi, tak ayal sampai detik ini manajemen Roma bingung apakah akan menebus pinjaman Kjaer atau justru melepasnya.
Cicinho (5,3)
Mantan pemain Real Madrid ini jelas telah habis masa orbitnya. Di era Spalletti dia masih sering jadi pahlawan dan muncul ke permukaan, namun di umur yang sudah kepala 3, tak ayal permainan melambat, badanpun tidak seramping dulu. Praktis hanya dipercaya bermain beberapa pertandingan, tetap disiplin, tetap ala Cicinho, namun dengan versi lebih lambat dan tidak selugas dulu. 5,3 cukup pantas baginya.
Jose Angel (5,6)
Pemain muda, anyar, berasal dari Sporting Gijon, sempat digadang gadang menjadi wing back yang hebat di awal musim. Namun karakter permainannya justru melambat di Italia. Menjadi salah satu bek sayap muda dengan pelepasan umpan terbanyak di Spanyol musim lalu, musim ini sangat jarang terlihat ia melepaskan umpan. Pemain ini lebih banyak menyisir lewat sayap kiri, lalu kembali mundur ke belakang. Inilah mengapa jarang sekali ada umpan umpan silang Roma dari sayap kiri.
Juan (5,8)
Bek veteran Roma ini masih menjadi andalan Roma. Masih lugas, masih kuat dan cermat membaca pergerakan lawan, namun kecepatannya jadi masalah, di tambah mengalami cedera di pertengahan musim, praktis Juan menjadi salah satu aktor keterpurukan pertahanan Roma musim ini.
Aleandro Rosi (5,9)
Setidaknya spirit yang ditujukan pemain berumur 24 tahun ini cukup melegakan tifosi Roma. Naik  turun di sisi kanan AS Roma membuat sisi kanan Roma lebih hidup dari sisi kirinya. Namun penampilannya masih belum bisa dikatakan baik, labil dalam akurasi umpan, fisik yang mudah kelelahan diatas menit 70, serta keputusannya untuk sering melakukan tembakan langsung yang tidak menepati sasaran membuat nilai 5,9 hanya pantas untuk dirinya.
Rodrigo Taddei (6)
Datang ke AS Roma untuk bermain di posisi winger dan membuktikan ketajamannya di masa mudanya, jelas sekali perbedaan Taddei biasanya dengan Taddei musim ini. Enrique selalu menempatkan Taddei sebagai wing back untuk bergantian mengisi plot Jose Angel ataupun Aleandro Rosi. Sangat kuat dalam melakukan penyerangan, namun sering keteteran dalam bertahan. Nilai 6 layak untuk pemain veteran yang satu ini.
Marco Cassetti (5)
Cassetti telah habis. Tidak ada lagi Marco Cassetti selugas dulu ketika berkompatriot dengan Max Tonetto sebagai dua wing back andalan Roma. Yang tersisa di musim ini hanyalah lambat, ceroboh, emosional. Bobroknya AS Roma di tangan Fiorentina menjadi bukti jelas mengapa tidak seharusnya Cassetti bermain musim ini.
Gabriel Heinze (5,8)
Memutuskan ia mendapat 5,8 atau 5,9 sangatlah sulit. Di satu sisi ia bermain baik dengan membimbing Daniele De Rossi saat menjadi bek. Sesekali juga sangat lugas menahan serangan lawan. Namun tidak jarang pula kalah dalam perebutan bola, hilang bola dan lain sebagainya. Mantan pemain Manchester United dan Real Madrid ini pun rasanyan hanya pantas mendapat nilai 5,8

Bersambung ke part II

Jumat, 06 Juli 2012

Memutuskan untuk Memulai (lagi)

Judul diatas cukup untuk mewakilkan isi dari apa yang bakal gue tulis disini. Kembali masuk ke dunia blog setelah dulu pernah melakukannya di sini . Link di samping adalah blog gue dari 2008-2011, periode SMA, periode labil, periode yang bagi gue terlalu lucu buat dibaca ulang. Emosi bertebaran, analisis minim, curhat terlalu banyak. Haha. But it was an unexplainable experience lah yaa, bingung mau dijelasin gimana.

Hasrat menulis itu muncul di akhir SMP dan awal SMA. Lalu gue iseng bikin blog. as simple as that. Liat aja postingannya, di 2008 numpuk, sementara 2009,2010,2011 bisa dihitung dengan hitungan jari. Kalo dibaca ngurut juga aneh dalam tata bahasa. Terlihat banget bahasa anak kelas X, anak kelas XI dan anak kelas XII. Time flies. :')

Di balik kata kata gue diatas yang sok formal, sok beda sama blog yang dulu, gue masih Dhika yang sama. Andhika Putra Pratama. Yang gitu gitu aja, ga kurang ga lebih. Di blog yang sekarang gue akan meminimalisir tulisan mengenai diri sendiri, lebih banyak tentang pendapat gue tentang sesuatu dari mata gue, otak gue, dan hati gue. Cieee.. haha.

Oiya, target gue adalah minimal 52 posting per tahun, it means sekali/minggu. Semoga tercapai.

Akhir kata jangan terlalu expect banyak terhadap blog ini. Semoga menginspirasi. Ambil yang baik, tinggalin yang buruk. :')